Pesat dan derasnya arus modernisasi yang
terjadi sekarang membuat masyarakat mulai dienakkan dengan segala kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada. Hal tersebut membuat mereka semakin
dipermudah untuk menerima beberapa informasi berbagai belahan dunia dengan
cepat. Apalagi sekarang ditambah dengan adanya penggunaan internet, hanya
dengan sekali klik, kita bisa menjelajahi dunia dalam waktu satu detik saja.
Perkembangan
era modernisasi juga membawa masyarakat pada sebuah dunia globalisasi.
Globalisasi dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang telah mendunia. Dalam
hal ini masyarakat telah dikonstruksi dalam satu budaya yang global. Tak heran
jika dengan adanya kondisi seperti itu yang terjadi adalah munculnya inovasi
dan discovery dari satu budaya ke budaya lainnnya hingga munculah beberapa
budaya, trend, atau mode-mode baru yang sangat disukai bahkan digemari oleh
masyarakat. Tidak diragukan jika nanti yang terjadi adalah muncul westernisasi
yaitu sikap yang kebarat-baratan alias sikap yang menunjukkan bahwa masyarakat
mengunggul-unggulkan budaya barat.
Sikap
itulah yang akhirnya membawa budaya barat yang menjadi budaya global menjadi
budaya yang berhasil mendominasi berbagai budaya lain yang ada di dunia. Budaya
barat seakan-akan menjadi kutub bagi budaya lainnya. Kesempatan itulah yang
membuka celah bahwa produk budaya global akan mengalahkan produk budaya lokal.
Sekilas
masyarakat tidak merasakan dampak dari dominasi budaya barat yang menjadi
budaya global terhadap budaya lokal yang menjadi ciri khas budaya daerahnya.
Mereka memang terkesan cenderung memakai dan menikmati hasil budaya global itu
sendiri. Kenyataan menyebutkan bahwa sekarang masyarakat mengalami pergeseran
budaya tersebut seperti menyukai makanan fast food, makan dengan berdiri dan
berjalan cepat layaknya masyarakat yang hidup di budaya barat, suka makan
makanan KFC, MC Donald dan Pizza Hut, cenderung memakai pakaian yang mini, dan
hidup bebas ala orang barat. Ketika
semua itu dilakukan, yang menjadi alasan utama adalah mengikuti trend masa kini
alias ingin menjadi masyarakat yang “gaul”. Mereka pun tak mau ketinggalan
jaman. Namun jika hal ini terus menerus dan dilakukan dengan sadar, maka
masyarakat akan benar-benar kehilangan budaya lokalnya dan kehilangan jati diri
identitasnya.
Teringat pula oleh kalimat pepatah yang
mengatakan bahwa “Jika engkau ingin menguasai suatu negara, maka hancurkanlah
dahulu budayanya”. Benar sekali jika kita kaitkan dengan keadaan yang terjadi
yaitu budaya barat akan mendominasi dan budaya yang lain akan terdominasi.
Intinya budaya barat adalah pemegang kekuasaan budaya dari semua negara. Lalu, pertanyaannya
adalah apakah masyarakat yang terdominasi budayanya hanya tinggal diam saja dan
menerima kondisi seperti itu ? Apakah mereka tidak tergerak untuk mengembalikan
kembali jati diri dan identitas budayanya ?
Seperti yang dikatakan
oleh Samuel P. Huntington dalam bukunya Benturan antar peradaban dan masa depan politik dunia
(2002: 12, 8-9): “Sebagian masyarakat-masyarakat non barat, berusaha
menandingi barat dan berjuang mengejar ketertinggalan mereka dari barat.
Masyarakat-masyarakat non
barat, terutama masyarakat Asia Timur, mengembangkan kekayaan ekonomi mereka
serta menciptakan basis kekuatan militer dan politik. Seiring dengan semakin
meningkatnya kekuatan dan keyakinan diri, mereka semakin memantapkan
nilai-nilai budaya mereka sendiri dan menolak segala “pemaksaan” yang dilakukan
oleh barat terhadap mereka.” Penolakan yang dilakukan oleh
masyarakat-masyarakat non-barat dikenal dengan sebutan Westoksikasi dengan suatu pernyataan bahwa “kami akan menjadi modern,
tetapi kami tidak akan seperti anda”.(Huntington, 2002:166)
Inilah salah satu
bentuk konkret yang dilakukan oleh masyarakat non barat yang berusaha untuk
mengembalikan jati diri dan identitas asli budaya mereka. Dengan upaya
penolakan alias westoksikasi tersebut, masyarakat bekerja sama saling
menguatkan rasa nasionalisme mereka terhadap negaranya. Rasa kebangsaan
(nasionalisme) muncul dengan realisasi gerakan “pribumisasi diri”, di level
Asia gerakan westoksikasi dikenal dengan sebutan “Asianisasi”. Penolakan
tersebut dilakukan dengan cara mereka yang saling gembar-gembor dan bertindak
tegas untuk tetap melestarikan budaya aslinya. Mereka mempromosikan pula
nilai-nilai budaya aslinya dan sekarang budaya non-barat pun menjadi trend di
budaya barat. Secara gamblang itu
memperlihatkan bahwa budaya barat lambat laun akan terkikis oleh kekuatan
budaya non-barat yang saling ber-westoksikasi padanya.
No comments:
Post a Comment